Sabtu, 09 April 2011

Ad-Aware Free

Ad-Aware Free merupakan software anti spyware terpopuler di dunia saat ini. Software ini bahkan bisa didownload oleh hampir 1 juta orang setiap minggunya.

Ad-Aware Free merupakan Salah satu aplikasi pertama yang dibangun untuk menemukan dan menghapus malware dan spyware. Sejauh ini Ad-Aware memiliki reputasi yang baik sebagai anti malware yang paling handal.

Ad-Aware Free ini mudah digunakan dan dapat mendeteksi dan membunuh spyware dengan sangat luar biasa. dan yang paling penting anda dapat memiliki Ad-Aware Free secara GRATIS DOWNLOAD GRATIS.

Minggu, 03 April 2011

Gempa Cilacap 4 April 2011

Gempa 7,1 SR
Laurencius Simanjuntak : detikNews




detikcom - Jakarta, Gempa 7,1 SR yang mengguncang Cilacap, Jawa Tengah, dini hari tadi membuat sebagian besar warga di sekitar pesisir mengungsi.
Gempa terjadi di 293 km barat daya Cilacap atau 10.01 LS dan 107.69 BT. Pusat gempa berada kedalaman 10 km.
Gempa juga antara lain dirasakan di Jakarta, Yogyakarta, Kebumen, Purworejo Denpasar, Bandung dan Bogor.
Pusat gempa ini berdekatan dengan titik gempa Pangandaran 2006. Meski demikian, gempa Cilacap berbeda dengan gempa Pangandaran.
Lokasi gempa memang berdekatan dengan gempa Pangandaran. Lokasinya tepat di bagian paling atas gempa susulan 2006.
gempa Cilacap ini terjadi sebagai tahapan dari postseismic gempa Pangandaran 2006. Deformasi pasca gempa 2006 diduganya masih berlangsung hingga kini.
Gempa ini berbeda dengan gempa Pangandaran karena gempa Pangandaran pada 2006 terjadi di bidang kontak antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Sedangkan gempa tadi terjadi di dalam lempengnya atau disebut sebagai interplate," terang Irwan.
Dugaan gempa Cilacap terjadi di dalam plate adalah karena sudut gempanya yang curam,sekitar 34 derajat. Sedangkan gempa Pangandaran, sudut gempanya sekitar 12 derajat.

Peringatan tsunami sempat dikeluarkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat gempa mengguncang Cilacap. Sebab gempa terjadi di lautan dengan skala lebih dari 6,5 SR dan memiliki kedalaman yang dangkal.

"Pada saat gempa Pangandaran, mekanisme gempanya adalah sesar naik atau thrust. Sedangkan yang terjadi di Cilacap kali ini sesar turun.

Gempa di Cilacap juga dirasakan warga di kota-kota lainnya seperti Jakarta, Yogyakarta, Kebumen, Purworejo, Denpasar, Bandung dan Bogor. Karena gempa terjadi di dalam lempeng, maka lempeng itu efektif merambatkan gelombang. Karena itulah gempa terasa sampai jauh.

Gempa terjadi pada hari ini pukul 03.06 WIB di 293 km barat daya Cilacap atau 10.01 LS dan 107.69 BT. Pusat gempa berada kedalaman 10 km. Atas gempa ini BMKG sempat merilis potensi tsunami. Namun 1,5 jam setelah gempa peringatan tsunami dicabut. Peristiwa ini sempat membuat warga Cilacap panik. Mereka beramai-ramai menjauhi pantai dan menuju daerah yang lebih tinggi.

Kamis, 31 Maret 2011

Gempa Tetap Menjadi Misteri Alam
Oleh Ahmad Arif

Kompas, 31 Maret 2011.Pengetahuan tentang gempa bumi dan tsunami sangatlah pendek, sependek ingatan manusia. Padahal, periode keberulangan bencana alam paling mematikan ini bisa jadi sangat lama. Gempa bumi dan tsunami yang menghancurkan pantai timur Jepang, Jumat (11/3), merupakan bukti keterbatasan manusia dibandingkan kekuatan alam.

Keterbatasan pengetahuan manusia diakui Profesor Teruyuki Kato dari Earthquake Research Institute (ERI) The University of Tokyo. Kato adalah peraih penghargaan bergengsi di Jepang, The Invention Prize, karena mengembangkan global positioning system (GPS) tsunami monitoring system. Dengan sistem ini, Pemerintah Jepang bisa membuat estimasi dan menyampaikan informasi datangnya tsunami kepada warga sekitar pantai dalam hitungan menit.

Karena itu, dia menjadi salah seorang tumpuan pertanyaan masyarakat Jepang tentang ”kegagalan” ilmuwan dalam memprediksi dan mengantisipasi gempa raksasa yang melanda Jepang baru-baru ini. Senin (14/3), sejak pagi puluhan wartawan antre untuk menemui sang profesor.

”Jepang termasuk yang paling maju dalam memperkirakan gempa. Namun, gempa Jumat lalu mengajarkan, itu semua jauh dari cukup,” kata Kato.
Menurut dia, ilmuwan Jepang telah memperkirakan, gempa akan terjadi di sekitar Sendai, Prefektur Miyagi, dengan kemungkinan 99,9 persen dalam kurun 30 tahun. Kekuatannya diperkirakan 7,5 skala Richter (SR) dan akan diikuti tsunami setinggi 6 meter.

Perkiraan ini dibuat berdasarkan jejak rekam gempa dan tsunami di zona itu pada tahun 1896 dan 1933 dengan kekuatan 7-8 SR. ”Yang lebih kami takutkan adalah patahan Kanto dibandingkan Sendai,” katanya. Pada tahun 1923, patahan Kanto bergerak dan menyebabkan gempa berkekuatan 7,9 SR. Sebanyak 145.144 orang tewas.

Dengan perkiraan itu, dibuat tanggul setinggi 10 meter di beberapa area di pantai timur Jepang, termasuk di sekitar pembangkit nuklir Fukushima Daiichi. Namun, perkiraan meleset.

Gempa memang terjadi, bahkan lebih cepat dari perkiraan. Kekuatannya jauh dari prediksi, yaitu 8,9 SR. Belakangan, direvisi menjadi 9,0 SR. Tinggi tsunami yang menerjang lebih dari 10 meter dan menyapu pantai kurang dari 15 menit setelah gempa. Tak hanya menghancurkan permukiman dan pusat bisnis, tsunami menyebabkan reaktor nuklir Fukushima Daiichi terbakar, memicu krisis nuklir.

”Tsunami yang hanya 10-15 menit setelah gempa sangat pendek rentang waktunya. Jadi, kalau peringatan tsunami diberikan tiga menit setelah gempa dan sampai ke masyarakat lima menit kemudian, dalam waktu 10 menit lari dari pantai terlalu pendek,” kata Kato.

Memahami bumi

Kato mengakui, ilmu prediksi gempa dan peringatan dini terhadap tsunami masih sangat lemah. ”Ilmu prediksi tentang gempa dan tsunami terbatas. Kami belum bisa meramalkan dengan tepat, kapan, di mana, dan seberapa kuat gempa akan terjadi,” kata Kato.

Sebelum gempa yang disusul tsunami dua pekan lalu, rekan Kato di ERI, Kenji Satake, pernah menduga bahwa 1.000 tahun lalu kawasan Sendai pernah dilanda tsunami besar, sama seperti Jumat lalu. Hal ini didasarkan jejak sedimen tanah yang terkubur di sekitar di kawasan itu. Namun, penelitian masih sangat awal, belum bisa menjadi rujukan mitigasi. ”Setelah gempa dan tsunami lalu, kami terpikir, jangan-jangan tsunami sebesar Jumat lalu pernah terjadi 1.000 tahun lampau,” kata Yozo Goto, juga dari ERI.

Pemantauan dengan GPS menunjukkan, pelat bumi bergerak perlahan, saling bertumbukan, dan dipastikan akan patah. Namun, kapan pelat bumi akan patah dan seberapa panjang patahnya, tak pernah bisa diprediksi dengan pasti.

Ilmuwan hanya mencatat, tujuh dari 11 gempa raksasa (berkekuatan di atas 8,5 SR) yang terjadi selama abad ke-20, yaitu kurun waktu 1950-1965. Tak ada gempa raksasa selama periode 1965 hingga 2004. Selama abad ke-19, hanya tercatat dua kali gempa raksasa di bumi ini. Catatan-catatan yang terbilang berumur muda sulit untuk memetakan pola gempa raksasa.

Apakah gempa raksasa akan terjadi tiap 100 tahun, 500 tahun, atau bahkan 1.000 tahun? Atau justru gempa raksasa itu terjadi secara acak? Kita tak pernah tahu angka berapa yang akan muncul?

Antisipasi teknologi

Kato mengatakan, satu-satunya jalan untuk meminimalkan dampak gempa dan tsunami adalah meningkatkan teknologi. ”Kekuatan gedung dan infrastruktur harus ditambah untuk antisipasi yang terburuk,” katanya.

Nyaris semua bangunan yang rusak di Jepang saat ini adalah karena tsunami, bukan akibat gempa. Gedung di Jepang bisa menahan kekuatan gempa hingga 7 skala (mercalli modification intensity/MMI) karena mereka belajar dari gempa Hanshin tahun 1995. ”Kita harus meningkatkan standar karena kita tak pernah tahu dengan pasti kekuatan gempa yang akan datang,” kata Kato.

Daerah-daerah yang memiliki jejak rekam tsunami harus terus ditinggikan tanggul-tanggulnya untuk antisipasi yang terburuk.

Dibandingkan gempa dan tsunami yang berkekuatan nyaris setara yang mengguncang Aceh pada 2004, antisipasi yang dilakukan Jepang bisa dibilang sukses dalam mereduksi jumlah korban.

Walau angka korban tewas gempa Jepang terus bertambah dan diperkirakan mencapai 20.000 jiwa, jika dibandingkan dengan Aceh masih terbilang kecil. Aceh menewaskan sekitar 200.000 jiwa, 10 kali lipat lebih banyak. Padahal, kota-kota di pesisir timur Jepang, seperti Sendai, Tohoku, dan Kesennuma, lebih padat dibandingkan Aceh. Bagaimana jika gempa besar melanda kota-kota kita? Sudah siapkah kita?

Sabtu, 26 Maret 2011

Patahan Lembang berpotensi Gempa

TEMPO Interaktif, Bandung - Fakta-fakta baru seputar aktivitas patahan Lembang, Jawa Barat, mulai bermunculan. Tim riset dari Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia mendapatkan bukti patahan aktif itu diperkirakan pernah mengguncang cekungan Bandung dengan kekuatan 7 skala richter.
Peneliti dari pusat penelitian geoteknologi LIPI Eko Yulianto mengatakan, patahan Lembang sepanjang 20-25 kilometer kemungkinan pernah bergerak bersamaan. Selip vertikalnya di dalam tanah patahan ada yang ditemukan sepanjang 70-80 sentimeter. "Kalau (patahan) bergerak bersamaan bisa mendekati gempa 7 skala richter," katanya di sela seminar mitigasi bencana di UPI Bandung, Selasa (11/5).
Patahan Lembang membujur dari kaki Gunung Manglayang hingga Padalarang. Bentuknya yang seperti tebing itu bisa dilihat dari kawasan Lembang. Memasuki tahun kedua ini, tim LIPI masih meneliti riwayat gempa akibat pergerakan patahan Lembang dan interval perulangannya. Caranya dengan menganalisis lapisan tanah.
Menurut Eko, tim menggali banyak lubang di patahan sekitar Cihideung, Lembang, Jawa Barat. Sejauh ini dari lubang kedalaman 4 meter, gempa dari patahan Lembang diketahui terjadi berulang dalam kurun 400, 500, dan 700 tahun. Kejadian itu sudah 4 kali terjadi sebelum masa sekarang. "Aktivitas (gempa) terakhir itu 500 tahun lalu," ujarnya.
Dari hasil itu, Eko yakin patahan Lembang masih aktif. Karena itu, tim masih perlu mendapatkan tambahan data lagi dari lubang dengan kedalaman 30 meter. Lubang riset pun akan diperbanyak karena diduga, patahan Lembang juga bergerak terpotong-potong atau dalam segmen tertentu.
Temuan menarik lainnya, patahan itu juga memicu aktivitas perut Gunung Tangkuban Parahu. Selama ini, asumsinya terbalik. "Selama ini ternyata titik-titik pusat gempa di dekat patahan Lembang itu plotnya di sekitar Gunung Tangkuban Parahu," katanya. Fakta itu dikuatkan oleh riset tim geodesi Institut Teknologi Bandung yang dipimpin Sri Widiantoro.
Patahan Lembang, kata Eko, bergerak karena dorongan lempeng Indo Australia dari selatan dan tertahan lempeng Eurasia dari utara seperti halnya di Sumatera. Karena tak kuat menahan desakan, patahan itu akan melenting dan menimbulkan gempa.
Anggota tim riset dari teknik geodesi Institut Teknologi Bandung Irwan Meilano mengatakan, pergerakan sesar Lembang sepanjang 2-3 milimeter per tahun. Sangat kecil dan lambat, kata dia, dibanding pergerakan sesar di Sumatera dan Sulawesi yang bisa mencapai 3 sentimeter per tahun. "Kemungkinan gempa besar itu kecil terjadi dan potensi gempa lebih rendah dibanding Sumatra," katanya.
Namun begitu, Irwan dan Eko sama-sama khawatir karena jenis lapisan tanah di cekungan Bandung mirip di Yogyakarta. Akibatnya, dampak kerusakan setelah gempa dengan skala 6-7 bisa seburuk di Yogyakarta. "Implikasinya di daerah kota (Bandung) bisa jadi banyak merusak. Itu juga yang sedang kami teliti," katanya.
Efek gempa patahan Lembang, ujar Irwan, berpotensi menggoyang hingga radius 10 kilometer dari sumber gempa. Namun karena penelitian belum sempurna dan rinci, tim ITB belum berani membahas serius potensi gempa patahan Lembang dengan pemerintah daerah. "Masalahnya kita belum tahu detil struktur tanahnya," ujarnya.
ANWAR SISWADI


Patahan Lembang Masih Aktif Bergerak
BANDUNG, KOMPAS - Patahan Lembang yang terletak di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, aktif bergerak. Perhitungan oleh pakar geologi dari Institut Teknologi Bandung terkait pergerakan itu sebesar 2 milimeter per tahun. Masyarakat harus diberi pemahaman tentang risiko bencana dan upaya mitigasi.
Peneliti Irwan Meilano memasang sejumlah sensor yang dipantau lewat satelit di dua kelompok lokasi yang terbagi oleh patahan. ”Alat global positioning system yang terpasang menunjukkan bahwa ada pergerakan dengan rata-rata 2 milimeter per tahun. Ini menunjukkan bahwa Patahan Lembang tetap aktif bergerak,” kata Irwan, Jumat (25/3) di Bandung.
Irwan menyatakan, pergerakan dengan ukuran itu tergolong rendah.
Dosen Teknik Geologi ITB, Agus Handoyo Harsolumakso, mengatakan, belum banyak masyarakat yang mengetahui keaktifan Patahan Lembang. Gempa besar di patahan itu pun belum pernah tercatat secara ilmiah. ”Bukti-bukti keaktifannya masih terus diteliti,” kata Agus.
Pakar Geologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto, yakin gempa bumi telah terjadi berulang kali. Ia menemukan tanah yang berlapis-lapis di lereng patahan, misalnya di Situ Umar. Lapisan tanah itu terjadi karena gempa bumi yang berulang kali.
”Pada kedalaman sekitar 150 sentimeter, ada perbedaan lapisan tanah di Situ Umar. Di bawahnya terdapat tanah dengan kontur lapisan yang cenderung tidak beraturan. Kontur semacam itu terjadi karena guncangan gempa. Kontur serupa ditemukan di lapisan tanah dengan kedalaman 3,5 meter,” kata Eko.
Berdasarkan perhitungannya, gempa terakhir di tempat itu terjadi sekitar 500 tahun lalu.
Bertolak dari itu, peneliti dari LIPI, Danny Hilman Natawidjaja, menyimpulkan, Patahan Lembang adalah patahan yang masih aktif. Salah satu kriterianya adalah bentuk riil yang bisa terlihat secara kasatmata saat ini. Selain itu, pola penumpukan lapisan tanah menunjukkan adanya pergerakan lempeng secara vertikal.
Keaktifan lempeng ini menunjukkan wilayah Lembang dan Kota Bandung rentan terhadap dampak gempa bumi. Kawasan patahan kini semakin padat penduduk. Terlebih lagi, Kota Bandung yang berjarak sekitar 15 kilometer arah selatan dari patahan itu berdiri di atas tanah dengan tingkat kematangan rendah.
”Kota Bandung adalah cekungan rendah dengan tingkat kematangan tanah yang paling muda dibandingkan area sekitarnya. Dari sisi geologi, Bandung tidak mantap,” ujar dosen Teknik Geologi ITB, Budi Brahmantyo.
Oleh karena itu, kesiapsiagaan masyarakat akan bencana gempa bumi harus segera disosialisasikan. Menurut Budi, salah satu aspek yang terlupakan adalah jalur evakuasi dan lokasi berkumpul yang aman jika terjadi gempa. (HEI)

Jumat, 25 Maret 2011

Gerakan lempeng kulit bumi

Sekitar 250 juta tahun yang lalu, hanya ada superkontinen yang dinamakan Pangaea. Kemudian 50 juta tahun kemudian, sekitar 200 juta tahun yang lalu, Pangaea pecah menjadi dua superkontinen, Laurasia di sebelah utara dan Gondwana di sebelah selatan.
Kemudian 135 juta tahun yang lalu, Laurasia bergerak dan pecah menjadi tiga yaitu Benua Amerika Utara, Benua Eropa dan Benua Asia. Sedangkan Gondwana pecah menjadi Benua Afrika, Benua Antarktika, Benua Australia dan Benua Amerika Selatan. Pembaca dapat download flashfilenya

Jumat, 11 Maret 2011

Jejak-jejak peristiwa tsunami





Jepang, 11 Maret 2011: Gempa 8,9 skala Richter (SR) yang mengguncang Jepang, Jumat (11/3/2011) siang.
Metrotvnews.com, Tokyo: Jumlah orang yang dipastikan tewas atau tercatat sebagai orang hilang oleh Badan Kepolisian Nasional Jepang mencapai 18 ribu. Korban ini dirilis pada Sabtu (19/3) atau delapan hari setelah gempa dahsyat dan hantaman tsunami.

Ada kekhawatiran jumlah korban tewas jauh lebih tinggi dari bencana yang menyapu daerah permukiman yang luas sepanjang pantai Pasifik utara pulau Honshu itu. Badan kepolisian nasional mengatakan, 7.197 orang telah dipastikan tewas dan 10.905 resmi hilang.
 
Cile, 28 Februari 2010: Gempa dengan kekuatan 8,8 SR disusul tsunami telah menewaskan lebih dari 800 orang dan menyebabkan 2 juta orang kehilangan tempat tinggal. Jumlah korban terbanyak adalah mereka yang tinggal di kawasan pesisir.
Kawasan Pasifik, 30 September 2009: Terjadi dua kali gempa dengan kekuatan masing-masing mencapai 8,1 SR dan 8,0 SR dalam waktu yang hampir bersamaan. Kondisi ini memicu terjadinya tsunami yang menerjang kawasan Samoa dan Tonga. Tinggi gelombang tsunami mencapai 5 meter. Korban tewas mencapai 192 orang.
Asia, 26 Desember 2004: Gempa berkekuatan 9,3 SR terjadi di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh dengan kedalaman mencapai 10 kilometer. Memicu tsunami di sejumlah kawasan Asia dan dua negara Afrika. Disebut-sebut sebagai gempa bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir yang menghantam Aceh, Sumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.
Korban mencapai sekitar 250.000 orang tewas di delapan negara. Nanggroe Aceh Darussalam (Indonesia), Sri Lanka, India, dan Thailand merupakan negara dengan jumlah kematian terbesar.
Papua Niugini, 17 Juli 1998: Setelah diterjang dua kali gempa dengan kekuatan 7,0 SR, gelombang tsunami pun tak terhindarkan dan merusak apa pun hingga jarak 30 kilometer dari garis pantai utara. Berdasarkan data resmi dari pemerintah, sebanyak tujuh desa tersapu tsunami dengan korban tewas ditaksir mencapai lebih dari 2.000 jiwa. Sementara data dari wilayah setempat menyebutkan, korban tewas antara 6.000 dan 8.000 jiwa.
Indonesia, 12 Desember 1992: Gempa berkekuatan 7,5 SR memicu gelombang tsunami dan menyapu permukiman di pesisir pantai Flores. Tsunami tersebut menewaskan setidaknya 2.100 jiwa, 500 orang dinyatakan hilang, 447 orang luka-luka, dan 5.000 orang mengungsi.
Gempa tersebut sedikitnya menghancurkan 18.000 rumah, 113 sekolah, 90 tempat ibadah, dan lebih dari 65 tempat lainnya. Kabupaten yang terkena gempa ini ialah Kabupaten Sikka, Kabupaten Ngada, Kabupaten Ende, dan Kabupaten Flores Timur.
Filipina, 17 Agustus 1976: Gempa berkekuatan 7,9 SR menyebabkan tsunami yang menewaskan lebih dari 5.000 orang. Tsunami menghancurkan hampir seluruh wilayah Moro dan kota Pegadian.
Cile, 21-30 Mei 1960: Gempa berkekuatan 9,5 SR disusul bencana tsunami yang menerjang sejumlah negara-negara di kawasan laut Pasifik, termasuk Filipina dan Jepang. Di Cile, korban tewas mencapai 5.700 jiwa, 61 jiwa di Hawaii, dan 130 jiwa di Jepang.
Uni Soviet, 4 November 1952: Gempa terjadi di Semenanjung Kamchatka dengan kekuatan mencapai 9,0 SR dan menyebabkan tsunami yang cukup dahsyat. Gelombang tsunami melintasi Pasifik hingga Cile dan Peru. Lebih dari 2.300 orang meninggal.
Jepang, 3 Maret 1933: Gempa berpusat di Sanriku, Pulau Honshu, dengan kekuatan mencapai 8,3 SR diikuti oleh tsunami yang menyebabkan lebih dari 3.000 korban jiwa
http://cetak.kompas.com/read/2011/03/12/0458187/jepang.lumpuh.dihantam.gempa.dahsyat
TOKYO, KOMPAS.com — Sedikitnya 402 orang telah tewas dalam gempa bumi dahsyat berkekuatan 8,9 skala Richter dan tsunami yang melanda Jepang, Jumat (11/3/2011). Namun, kantor berita Kyodo mengatakan, korban tewas diperkirakan lebih dari 1.000 orang.
Saat fajar menyingsing di negara itu Sabtu pagi, sehari setelah bencana tersebut, kantor berita Jepang, Jiji Press, mengatakan, polisi dan data-data lain menunjukkan jumlah korban meninggal dan hilang akibat gempa itu mencapai 1.000 orang lebih.
Laporan tersebut merupakan update suram yang menunjukkan jumlah korban jiwa akan terus bermunculan dari sepanjang pantai timur laut pulau Honshu di utara negara itu, dimana gelombang rakasa menghancurkan lebih dari 3.000 rumah. Badan Kepolisian Nasional Jepang mengatakan, 202 orang telah dikonfirmasikan tewas dan 673 orang lainnya hilang, sementara 991 orang terluka dalam gempa besar dan bencana tsunami yang menghancurkan sebagian besar pantai Pasifik Jepang di utara negara itu. Polisi di Sendai, Prefektur Miyagi, secara terpisah mengatakan 200 hingga 300 mayat telah ditemukan di pantai.

Tokyo, Jumat - Gempa berkekuatan 8,9 skala Richter membuat Jepang lumpuh total, Jumat (11/3). Selain memicu tsunami setinggi 10 meter yang menyapu bersih sebagian Jepang utara, jaringan listrik, telepon, dan transportasi di Tokyo, ibu kota negara, pun putus total. Jumlah korban tewas sementara 337 orang dan 56 orang hilang.
Survei Geologi AS melaporkan, gempa terjadi pukul 14.46 waktu setempat. Gempa berpusat di kedalaman 15,1 kilometer (km), 130 km di timur Sendai, ibu kota Prefektur Miyagi, Jepang utara, di Pulau Honshu. Kota ini terletak sekitar 380 km di utara Tokyo.
Badan Meteorologi Jepang mengatakan, gempa ini paling dahsyat di ”Negeri Sakura” dalam 140 tahun terakhir. Kekuatannya melampaui gempa Great Kanto, 1 September 1923, yakni 7,9 skala Richter, yang menewaskan 140.000 warga Tokyo.
Gempa utama diikuti 50 gempa susulan, umumnya lebih dari 6,0 skala Richter. Puluhan kota dan desa di sepanjang 2.100 km garis pantai dari utara hingga selatan Honshu, termasuk Tokyo, yang berjarak ratusan km dari pusat gempa, terguncang gempa.
Tak lama berselang, kebakaran terjadi di 11 tempat di Tokyo. Depot dan kilang minyak serta pabrik di sekitar ibu kota negara ini terbakar hebat. Asap hitam pekat membubung di kawasan industri Isogo, Yokohama.
Pada saat bersamaan, gelombang tsunami setinggi 6 meter hingga 10 meter terjadi di beberapa wilayah di Jepang utara, terutama di Sendai, kota terbesar di wilayah Tohoku, dan kota Kamaichi, juga di Jepang utara. Sebuah jembatan di sebuah daerah yang tidak disebutkan namanya di Jepang utara roboh.
Berdasarkan gambar dari udara yang dirilis televisi CNN, BBC, dan Al-Jazeera, tsunami memorakporandakan semua bangunan, mobil, perahu, dan benda apa saja yang ada di depannya. Hanya ada satu atau dua bangunan tinggi yang luput dari terjangan air bah tersebut. Sebuah kompleks pabrik berskala besar dan bandar udara utama di Miyagi hancur.
Puluhan orang yang berdiri di atap bangunan bandara tampak diliputi rasa takut yang luar biasa. Mereka menjerit dan berangkulan. Puluhan pengendara yang berusaha mencari jalan keluar dari kepungan air bah akhirnya terjebak dan hilang ditelan sapuan air. Seorang warga, yang terjebak di lantai atas rumahnya, melambaikan bendera warna putih berusaha mencari pertolongan. Bangunan di sekitarnya hilang tersapu gelombang tsunami.
Radio NHK Jepang melaporkan, jumlah korban tewas di sepanjang pantai Samudra Pasifik sementara lebih dari 337 orang. Kantor Polisi Nasional menyebutkan, korban tewas sementara 60 orang, sementara 56 orang hilang serta 241 orang lagi terluka. Korban diperkirakan akan terus bertambah. Sekitar lima korban tewas di antaranya ditemukan di Prefektur Fukushima di utara Tokyo. Puluhan keluarga melaporkan kehilangan salah seorang anggota keluarga mereka, baik anak, istri, suami, ayah, ibu maupun sepupu mereka.

Sabtu, 12 Februari 2011

Pangaea

Benua di muka bumi yang posisinya seperti sekarang ini, dahulunya merupakan satu benua yang sangat luas yang dinamai Pangea. Pangea mengalami retak, menjadi Laurasia (di utara) dan Gondwana (di selatan). Masing-masing-pun retak dan pecah, yang masing-masing retakan bergerak sampai saat ini. Ada yang gerakan saling menjauh ,saling mendekat dan berpapasan.
Lempeng Benua Amerika bergerak menjauh dari lempeng Benua Eropa dan Afrika. Gerakan saling mendekat bahkan sudah bertabrakan yaitu Lempeng daratan India menabrak Lempeng Benua Eurasia, yang menyebabkan terbentuknya Pegunungan Himalaya. Lempeng Indo-Australia bergerak ke arah utara, mendesak tepi lempeng Eurasia, yang menyebabkan terbentukya palung laut sepanjang pantai barat Sumatra dan pantai selatan Jawa. Gerakan berpapasan terjadi antara semenanjung Kalifornia dengan daratan Amerika Utara. Bukti yang lain ditemukannya persamaan jenis fosil pada beberapa benua yang berbeda, ditemukan persamaan jenis endapan glacial pada benua yang berbeda. Masih banyak bukti-bukti yang menguatkan teori ini. Teori ini dikemukakan oleh Alferd Lothar Wegener dengan nama teorinya "Continental drift" Ingin punya gambar animasinya silakan download di sini

Soal try out UN Geografi SMA/MA 2011

Ini saya upload soal try out UN 2011 Geografi SMA/MA, dan insyaAllah akan saya upload lagi soal-soal Geografi yang semakin mengarah ke SOAL UN GEOGRAFI SMA/MA 2011

  1. Dua buah rumah berada di jalan Sudirman di mana ukuran dan bentuk serta luas tanah sama akan tetapi memiliki nilai jual yang berbeda karena rumah yang satu berada di perempatan jalan. Fenomena ini berkaitan dengan….

A. Konsep jarak

B. Konsep lokasi

C. Konsep morfologi

D. Konsep aglomerasi

E. Konsep keterjangkauan

Selengkapnya download di sini